Minggu, 28 Desember 2014

Tamak


TAMAK

MENERJANG BATAS
Bacaan: Kejadian 2:1-17; 3:1-7
Tamak adalah kerakusan yang tak bertepi. Tentang hal ini, ada yang berpendapat bahwa tamak adalah sebuah sikap, bukan sifat. Perhatikan saja, tak ada orang yang terlahir dengan sifat bawaan tamak. Pergaulan hiduplah yang membuatnya tamak. Benarkah ini?

Adam dan Hawa diciptakan sebagai gambar Allah. Namun, karena bergaul dengan si ular jahat dan merespons bujukannya, mereka pun menjadi tamak. Padahal, coba bayangkan, betapa Sang Pencipta telah sangat bermurah hati kepada mereka. Dia mengaruniakan seluruh bumi beserta Taman Eden nan permai. Semua pohon boleh dimakan buahnya--kecuali pohon pengetahuan yang baik dan jahat. Namun, Adam dan Hawa bersikap tamak. Apa yang bukan menjadi hak mereka, justru mereka rampas. Mereka memilih untuk mengikuti kemauan sendiri dan menolak taat pada batas yang ditentukan Sang Pencipta.

Lihatlah, bagaimana manusia menjadi rakus--mereka bahkan sampai berani menerjang batas. Sikap tamak membuat manusia tak pernah merasa cukup, bahkan sekalipun ia sudah memiliki seisi bumi. Manusia terus menuntut lebih banyak meskipun Tuhan sudah memberkatinya dengan berkelimpahan. Pantaskah hal ini?

Tak seorang pun ingin disebut tamak. Namun, semua orang sebenarnya berpeluang menjadi
tamak. Maka, periksalah hati kita
sekarang dan mawas diri. Sebab, di
situlah sikap tamak itu bisa bersarang. Sang pemazmur berpesan: "Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan
menjaganya sesuai dengan Firman-Mu" (Mzm 119:9). HKBPTEBINGTINGGI.BLOGSPOT.COM/Renungan Harian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar